Trans7 'Menguliti' Lirboyo, #BoikotTrans7 Menggema

Majelis Klaten - Nahdlatul Ulama sebagai wadah dari Islam Nusantara yang moderat, menghargai budaya lokal dan menjunjung toleransi akhir-akhir ini mengalami cobaan, salah satunya Hinaan Trans7 kepada pondok pesantren khususnya Lirboyo Kediri dan Somalangu. Pesantren dituduh menjadi agen feodal yang katrok dan kemaruk duniawi oleh stasiun TV itu. Maka tidak mengherankan seharian ini di hari Selasa 14 Oktober 2025 segenap elemen santri melakukan aksi dengan hastag tunggal #boikotTrans7.

Nampaknya Trans7 gagal memahami konsep keilmuwan di pesantren. Kedangkalan dan kedunguan inilah yang membuat Trans7 dengan gegabah menguliti pesantren, dan ternyata pesantren tersebut merupakan pesantren besar hulu dari Ulama di Nusantara. Kebanyakan crew dari Trans7 merupakan jebolan sekolahan dan perguruan umum yang hanya mengedepankan otak dalam berpikir secara filsafati. Sehingga miskin dan kering dalam olah roso dan nurani. Materialis bahwa segala sesuai hanya bisa diterima oleh akal dan panca indera, bahwa memandang hidup, kehidupan dan menghidupan hanya tentang uang. Mungkin inilah motivasi Trans7 'menguliti' Lirboyo, demi rating dan adsense. Banyak yang kemudian anti pesantren dan feodal namun mereka melakukan pemujaan terhadap akal dan kapital.

Konsep keilmuwan ini jelas berbeda dengan pesantren sebagai penerus ajaran Nabi Muhammad SAW yang kemudian dilegalisasi oleh Kesultanan/Keraton/Kerajaan saat ini sebagai institusi resmi. Sebagai institusi resmi yang mencetak kader-kader militan penentang Belanda kala itu. Ketika Negara Indonesia baru saja berdiri, Negara ini belum memiliki pasukan dan pengaruh yang signifikan. Pesantrenlah yang yang kemudian menjadi salah itu institusi pembela kemerdekaan. Pesantren lebih dulu ada dari Republik ini, itu kata kuncinya. Setelah kedaulatan diraih, banyak Kyai dan Santri kembali ke pesantren dan menyerahkan pemerintahan ke sipil. 

0 Komentar