Jejak dan Masjid Wangga yang Disembunyikan

Majelis Klaten - Wangga atau Ngawonggo merupakan pusat Keislaman kala itu. Masjid Wangga atau Ngawonggo terletak di Dusun Senden, Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper, merupakan Tanah Perdikan. Berada di dekat jalur rel kereta api.

Di masjid itu masih terdapat cagak papat atau 4 tiang soko masjid, diiringi banyak tiang lebih kecil. Mustaka masjid yang terbuat dari tanah liat. Di masjid ini masih tersimpan bedug gaya Surakarta, namun sudah dimasukkan ke dalam keputren/pawestren yang dikunci. Di Masjid Wangga terdapat sumur keramat yang banyak disebut Banyu Wonggo.

Di halaman masjid, konon dulunya ada pohon maja. Sedangkan di rumah-rumah warga banyak terdapat pohon sawo. Sedangkan di 2 (dua) kompleks pemakaman umum yang tidak jauh dari masjid banyak terdapat pohon kemuning.

2 (dua) pemakaman yang tidak jauh dari Masjid Wangga adalah Makam Sentono di Dusun Sentono dan Makam Sindon di Dusun Senden yang keduanya masuk wilayah Desa Ngawonggo. Kurang diketahui tokoh utama yang dimakamkan di Makam Sindon, namun di jejaknya di sana banyak pohon kemuning dan nisan era Diponegoro.

Sedangkan Makam Sentono terdapat 2 (dua) tokoh utama yakni Ki Ageng Pametjut, masih keturunan Sunan Kalijaga dan Pangeran Djungut Mandurarejo. Banyak tokoh dari Wonggo atau Wangga atau Ngawonggo yang merupakan Ulama dan Pejabat di Mataram kala itu.

Apakah Ngawonggo berhubungan dengan Narpati Basukarna atau Adipati Karna dari Ngawonggo? Belum ditemukan bukti yang menguatkan. Cuman warga sampai saat ini belum berani menggelarkan wayang yang berhubungan dengan Karna.

Namun, Wangga sering disebut dalam sejarah yang tertulis di Babad maupun Serat, seperti:

  1. Babad Seh Jangkung
  2. Pustaka Jawi, Angka 9, tahun 1926
  3. Babad Jawi
  4. Babad Tanah Jawi 
  5. Babad Kartasura 
  6. Sajarah Dalem Pangiwa lan Panengen
  7. Tus Pajang
  8. Serat Centhini 
  9. Babad Giyanti 
  10. Babad Pajang
  11. Babad Mataram
  12. Walaupun dalam catatan tua tentang Diponegoro, tidak menyebut keterlibatan Wangga, namun Peter Carey menulis ada seorang Ulama dari Wangga yang merupakan mengikut Kyai Mojo yang mendukung Pangeran Diponegoro.
  13. Serat Walisana

0 Komentar