Makna Telur Asin saat Lebaran

Majelis Klaten - Menjelang Sholat Idul Fitri, masyarakat Jawa sering memberikan bingkisan berupa makanan kepada yang lebih tua. Dahulu makanan itu berupa nasi beserta sayur dan lauk. Kemudian atas berkembangnya waktu, makanan itu berubah menjadi parcel seperti kue, syrup, gula, teh sampai ingkung ayam. Intinya bebas dalam jenis makannya tetapi yang tidak berubah cuman satu, yakni disertai telur asin.

Ada yang mengatakan bahwa tanpa makanan apapun, asal menggunakan telur asin saja sudah cukup. Mengapa demikian?

Menurut falsafah Jawa, telur bermakna "ngundhungke jiwo rogo" yang artinya menggelindingkan atau menyerahkan atau memasrahkan jiwa dan raga. Dari siapa dan kepada siapa? Dari yang merasa lebih muda kepada yang lebih tua.

"Inilah saya, penuh salah dan dosa serta khilaf. Apa adanya. Mohon diterima kekuranganku. Mohon dimaafkan segala salah dan khilafku." Demikian kira-kira ungkapan dari si pemberi kepada yang lebih tua.

Telur asin yang bulat mirip bayi dalam kandungan. Mirip pula dengan orang yang sedang sujud dalam sholat.

Telur asin nama jawanya Endog Amal atau telur amal. Bermakna menyerahkan amal dan sungkem kepada yang lebih tua. Bahwa yang harus diserahkan kepada orang lain, terlebih lagi yang lebih tua dengan yang terbaik. Tidak asal-asalan dan mahal, tapi yang mengandung makna mendalam. Demikianlah Jawa memandang kehidupan.

0 Komentar