Majelis Klaten - Setelah Nahdlatul Ulama menjalani 'pertarungan' dan berhasil memenangkannya, pertempuran baru masih berlanjut. Bagaimana kedigdayaan NU dalam menghadapi serangan dari luar maupun menjadi garda terdepan dalam membentengi Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pertempuran berlanjut, Pesantren, Santri, Pengurus NU maupun warga NU pada umumnya menghadapi dua permasalahan, yakni delegitimasi ajaran NU dan keberadaan AI (Artificial Intelligence). Sebagaimana yang disampaikan oleh Minardi, Koordinator Daerah (Korda) Pertama Arus Informasi Santri (AIS) Nusantara Jawa Tengah. Saat menggelar acara Halal Bihalal bertema “Maaf No Jutsu: Tebasan Dosa, Segel Amarah” di Pondok Pesantren Nurul Qur’an, Simo, Boyolali, Sabtu (19/04/2025).
"Kondisi yang mungkin akan dan bisa terjadi adalah dua: adanya tayangan-tayangan di media tentang arus delegitimasi atau pengikisan kepercayaan Kyai, Ulama dan Tradisi NU dan Islam Nusantara pada umumnya. Selain itu, tantangan adanya AI (Artificial Intelligence) yang bisa jadi akan ada manipulatif terhadap dhawuh maupun fatwa dari guru-guru kita. Mengingat adanya AI mudah orang yang tidak bertanggungjawab mengedit foto, video dan audio." ujar Minardi
Beberapa tahun ini, perbedaan pendapat di NU telah mengarah kepada gesekan dan bisa jadi akan menimbulkan perpecahan. Di awali perbedaan antara PBNU dengan PKB, selanjutnya antara pro Ba'alawi Vs anti Ba'alawi, masalah tambang dan sebagainya. Gejolak-gejolak ini membuat warga dan orang di luar NU menjadi kurang percaya dengan NU. Ditambah muncul sindiran dan hinaan kepada Ulama-ulama NU, tradisi pesantren dan Islam Nusantara lainnya, seperti hormat kepada Kyai dan perbedaan metode dakwah. (Dew)
0 Komentar