Tinggal Pawestren yang Masih Asli di Masjid Gedhe Krapyak

Majelis Klaten - Masjid ini awalnya bernama Masjid Gedhe Krapyak. Kemudian dirubah menjadi Masjid Nurul Fata. Terletak di Dukuh Krapyak Lor, Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan, Klaten.

Fakta jika masjid ini tua terdapat dalam Peta Belanda tahun 1920 awal yang tersimpan di Perpustakaan Leiden.

Secara fisik, telah terjadi perombakan masjid secara total. Namun tata letaknya masih sama, yakni masjid dan di belakangnya terdapat pemakaman. Masjid tersebut berada di pinggir sungai.

Jejak yang masih tersisa selain makam, dan Pawestren adalah Bedug. Bedug masjid ini bergaya Surakarta. Dulunya bedug di sini panjang dan besar, sekitar 3 meter, karena faktor usia kemudian diperbaiki namun panjangnya berkurang menjadi 1 meter.

Nisan-nisan di belakang Masjid ada model Bayatan dan model Mataraman era Diponegoro.Kebanyakan yang dimakamkan di sini adalah Para Imam dan Pengurus Masjid.

Beberapa tokoh yang masih diingat dan berhubungan dengan Masjid ini seperti: Ketip Saleh (Bondan Suro); Ketip Iman dan Iman Anom, walaupun sebagian dimakamkan di Masjid Gruda atau sekarang Masjid Kauman Wedi.

Sadranan di sini setiap tanggal 28 Ruwah. Di malam 28 Ruwah dulu rutin disyairkan Sholawatan Jowo. Tradisi lain yang masih diingat adalah "Caos Dhahar" berupa nasi uduk gurih dan ingkung ayam kepada Eyang Jaelani. Dilaksanakan di malam Jum'at. Kemungkinan merupakan membuat shodaqohan atas terkabulnya hajat atau permohonan hajat dengan berwasilah kepada Syekh Abdul Qadir Jailani.

Masjid Krapyak Lor, merupakan salah satu dari 102 Masjid Tua dan Bersejarah di Klaten. (Minardi)

0 Komentar