Masjid Tua Peninggalan Sultan Agung di Klaten

  


Majelis Klaten - Datan lami lajeng seda den saheni, marang Kanjeng Sultan (Agung), makam winangun respati, gapura tinundha sapta.

Sinung bangsal paseban kelawan mesjit, namung pager bata, hing kang dereng kongsi dadi, nging wus ngadeg Jumuwahan nya.

Wran hing prapat monca lima hakeh prapti, tumut bar Jumuwah, trahing Bayat kang ngimami, wastu Pangeran merdika.

Ketiga padha berupa mocopat Pupuh Maskumambang terdapat dalam Babad Nitik.

Sultan Agung pernah membuat Masjid di Bayat dan itu kemungkinan satu-satunya di Klaten. Pembuatan masjid berbarengan dengan pembuatan kompleks makam Sunan Pandanaran. 

Pemugaran makam Sunan Pandanaran dilakukan pada 1620 Masehi sesuai dalam Babad Nitik. Kemudian selesai pada 1633 Masehi atau 1555 Jawa sebagai bunyi candrasengkala "Wisaya Hanata Wisiking Ratu" pada Gapura Panemut. Kompleks pemakaman ini kemudian dikenal sebagai Hastana Cokrokembang.

Masjid atas di kompleks makam Sunan Pandanaran berbeda dengan Masjid Golo. Jika Masjid Golo merupakan peninggalan Sunan Pandanaran, maka masjid Masjid di makam Cokrokembang ini lebih muda, warisan Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Mataram saat pemugaran makam.

Sultan Agung menggunakan pertama kali di hari Jum'at bertepatan untuk Sholat Jum'at. Walaupun belum 100% jadi tetapi sudah digunakan untuk Sholat Jum'at. Baru pagar bata sekeliling, belum diberi atas.

Saat itu, banyak yang mengikuti Sholat Jum'at. Imam Sholat Jum'at tersebut adalah keturunan Bayat juga. Kemungkinan generasi setelah Panembahan Minangkabul. Bisa jadi seangkatan Pangeran Masjid Wetan I. Karena saat itu, saat pemugaran makam, Panembahan Minangkabul yang merupakan Guru Dalem Sultan Agung telah wafat.

Panembahan Minangkabul putra Panembahan Jiwo putra Sunan Pandanaran ing Tembayat. Saudara Panembahan Minangkabul bernama Panembahan Minanglase yang makamnya di Konang (Desa Kebon, Bayat, Klaten)

Masjid Cokrokembang terletak di samping Gapura Pangrantungan. Mahkota Masjid terbuat dari tanah liat. Masih bisa dilihat sampai saat ini. Berbentuk seperti Kwali. Terdapat dua bedug, di kanan dan kiri pintu masuk makam. Gaya bedug merupakan gaya Surakarta.

Di belakang Masjid terdapat makam Para Keluarga Sunan Pandanaran, diantaranya Kyai Ngabdani. Kyai Ngabdani merupakan Guru Pangeran Diponegoro. (Minardi)

0 Komentar