Masjid Tua di Jalur Perang Diponegoro

Majelis Klaten - Masjid tua Daden terletak di pinggir Jalan Raya Klaten - Semarang. Tepatnya di Dukuh Daden, Desa Majegan, Kecamatan Tulung, Klaten.

Masjid Daden dituliskan telah ada lebih dari 1920 sebagaimana peta tua Belanda. Masjid tua Daden kemudian diberi nama Al Fatah, sebagaimana mana nama Cikal Bakal Dusun yang bernama Kyai Fatah. Masyarakat menyebutnya Masjid Tiban.

Di kawasan Daden dan Desa Majegan pada umumnya, terdapat banyak nisan tua model Mataraman era Diponegoro dan Bayatan. Temuan ini tidak mengherankan karena Daden merupakan simpul rute jalur Perang Diponegoro, yakni Jatinom, Gawok dan Boyolali. Sebagaimana ulasan dalam Babad Diponegoro versi Manado dan penelitian dari Saleh Djamhari.

Pangeran Diponegoro pernah mesanggrah di Kedaren atau Desa Gedaren saat ini yang masuk wilayah Kecamatan Jatinom. Kemudian berperang sampai Gowok (Sukoharjo) dan sampai Kalitan (Surakarta).

Masjid Daden masih walaupun sudah direnovasi namun tidak merubah bangunan aslinya. Memiliki cagak papat atau 4 tiang. Mahkota atau mustaka masjid lama yang berbentuk Kwaron milik Kwali ditutup oleh mustaka baru yang terlihat saat ini. Dulu terdapat bedug tapi sekarang tinggal kentongannya saja.

3 (tiga) situs penting Daden yaitu Masjid, Sendang dan Makam. Makam tersebut adalah makam Kyai Fatah tadi. Sedang sendangnya terletak di utara masjid, sekitar 100 m.

Dahulu, ketika orang-orang hendak ke masjid. Mereka akan ke sendang terlebih dahulu untuk berwudhu, kemudian sholat sunnah di atas batu dekat sendang, baru berjalan menuju masjid.

Jalan dari sendang ke masjid diberi susunan baru kotak dari baru andesit. Apakah batu-batu kotak andesit itu sebenarnya dari batuan candi? Tapi susunan batu tadi telah hilang

Warisan yang masih dilakukan sampai saat ini adalah kenduri apem di setiap malam Jumat Kliwon. Dilaksanakan setelah sholat ashar di masjid. Setelah itu ziarah ke makam Kyai Fatah, namun jika hujan, dzikir dan doa dilantunkan di masjid.

Masjid ini terdapat batu unik. Lonjong dan berlubang tengahnya. Warga setempat tidak mengetahui fungsinya. Tetapi diduga batu itu sebagai sandaran tombak/tongkat bagi khotib saat khotbah. (Minardi)

0 Komentar