Majelis Klaten - Pernah kita melihat ekpresi anak-anak kita. Dalam benak mereka bertanya-tanya, kira-kira nilaiku bagaimana? Aku dapat peringkat berapa? Pertanyaan itulah yang selalu menghantui mereka. Rasa takut, penasaran dan cemas bercampur menjadi satu. Terkadang ada anak yang takut jika nilainya jelek akan dimarahi orangtuanya, ada pula akan mendapat hukuman. Tanpa kita sadari itu semua akan menjadi momok yang menakutkan bagi anak-anak kita.
Ayah-Bunda, jika nilai raport anak kita memuaskan dan sesuai harapan, secara otomatis kita akan merasa senang. Tapi sebaliknya jika melihat nilai raport anak kita tidak sesuai harapan, kita akan kecewa. Kecewa itu maklum, tapi tetaplah member dorongan dan semangat untuk mereka. Jangan menyalahkan ataupun menghukum anak ketika nilai raportnya turun. Dengan kemarahan dan hukuman yang kurang tepat akan merusak mental anak. Kalau mereka dimarahi, dalam hatinya akan muncul rasa rendah diri, terpojok dan menyalahkan diri sendiri serta menganggap dirinya tidak mampu membuat orangtua bahagia. Berdasarkan pengamatan saya, ada beberapa faktor yang membuat prestasi anak itu menurun, diantaranya adalah:
- Malas belajar. Ini juga merupakan faktor yang penting. Malas belajar adalah masalah yang sering dihadapi anak-anak. Anak malas belajar itu ada faktornya juga, mungkin anak kurang suka pada pelajaran ataupun guru yang mengajarnya. Sebagai orangtua kita sebaiknya bisa member arahan dan pengertian. Salah satu syarat untuk tidak malas, harus mempunyai rasa “suka” dahulu. Kalau sudah suka semua yang sulit akan terasa menyenangkan dan mudah dipahami.
- Kurangnya perhatian orangtua. Anak-anak sangat butuh perhatian dari orangtuanya. Kurangnya perhatian orangtua membuat anak merasa sendiri. Sebagai orangtua kita tidak hanya memperhatikan aspek-aspek fisik saja, misalnya sudah belajar belum? Sudah mengerjakan PR belum? Besok ada ulangan tidak? Tetapi kita juga harus memperhatikan aspek-aspek perasaan dari si anak. Aspek perasaan ini jauh lebih dibutuhkan anak, sehingga dia benar-benar diterima secara utuh di dalam keluaarganya.
- Anak mengalami kecemasan yang tersembunyi. Ayah dan Bunda pasti bertanya-tanya, kenapa dia cemas? Kecemasan yang tersembunyi ini disebabkan oleh beberapa faktor. Mungkin tuntutan yang terlalu tinggi dari orangtua ataupun gurunya. Hal ini membuat anak tidak bisa menunjukkan kualitas optimalnya. Ketika mereka tidak mampu seperti yang diinginkan orangtua, maka kecemasan itu akan menghantui. Dan apa yang mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba blank, pada saat mengerjakan soal ulangan.
- Kondisi Anak. Kondisi anak juga sangat mempengaruhi prestasinya. Mungkin pada saat ulangan anak tersebut tidak enak badan atau sakit. Selain kondisi kesehatan, kondisi jiwa juga mempengaruhi, misalnya anak sedang megalami masalah dengan keluarganya, atau teman-temannya.
Nah, itulah beberapa alasan mengapa prestasi anak turun. Sebagai orangtua sebaiknya kita perlu koreksi diri bagaimana caranya kita menerima seorang anak apa adanya, tidak tergantung dari nilainya. Ingat bahwa nilai itu hanya mengindikasikan dia sudah bisa atau belum bukan satu-satunya penentu kesuksesan anak kelak di masa depan. Karena ada elemen afektif, kognitif dan psikomotorik. Perlu adanya keseimbangan antara ilmu dan adab-akhlak bagi si anak. Sebuah pesan untuk Ayah dan Bunda agar memberikan keleluasaan dan menggali potensi serta mendidik karakter anak dan tanamkan kesuksesan sejak awal di ladang karakternya.
oleh: Dewi Mustika, S.Pd, Guru SDIT Nurul Akbar Klaten
0 Komentar